Kita bisa saja memiliki semua ambisi yang besar. Kita bisa saja memiliki sebuah tujuan yang berani dan menggiurkan. Kita juga dapat saja bercita-cita untuk menerjang misi baru tersebut. Namun itu semua hanya akan tmenjadi realisasi jika kita menjalankannya dengan budaya yang tepat, dan juga menularkan budaya tersebut kepada organisasi di tempat kita bekerja.
Transformasi digital mendominasi diskusi disetiap bisnis, dari berita utama di setiap media hingga sebuah diskusi hangat di ruang rapat. Setiap perusahaan dari berbagai macam jenis, mulai memikirkan kembali peran teknologi dalam cara mereka beroperasi. Namu perlu di ingat, mengetahui bahwa transformasi digital itu penting adalah satu hal. Melakukannya dengan cara yang benar adalah hal lain. 80% CEO saat ini percaya bahwa digital disruptions akan terus terjadi, dan hampir setengahnya menganggap model bisnis mereka akan usang pada tahun 2020.
Transformasi digital adalah sebuah journey, bukan sebuah tujuan. Dan seperti dalam journey apa pun, penting untuk mengambil langkah yang benar. Bagi setiap pimpinan perusahaan, mendorong produktivitas merupakan urutan teratas dalam daftar tugas mereka di era digital ini. Untuk meningkatkan produktivitas di era digital ini maka dibutuhkan elemen-elemen kunci: akses ke dukungan teknologi, pelatihan, dan informasi; promosi manajerial teknologi; dan pemahaman yang jelas tentang bagaimana dan mengapa teknologi menjadi prioritas bisnis. Para pemimpin bisnis membutuhkan visi yang sangat jelas tentang bagaimana mereka melihat peran teknologi dalam organisasi mereka. Tanpa ini, Anda tidak dapat mengharapkan karyawan untuk merangkul potensinya.
Budaya digital bukanlah tentang mengatakan “kirim saja via email”. Ini tentang mempertimbangkan bagaimana pekerjaan diselesaikan. Itu berarti memikirkan di mana kolaborasi tersebut terjadi untuk mengurangi kompleksitas, bagaimana mindset orang untuk improve model bisnis dan khususnya tentang speed. Dan juga dengan memelihara sebuah ecosystem yang dengan mudah menghubungkan karyawan satu sama lain dan juga dengan pelanggan kita.
Dalam dunia bisnis, kata ‘inovasi’ biasanya adalah sebuah kata benda dan mengacu pada barang atau jasa tertentu; gadget, aplikasi, atau bagian teknologi baru yang menggemparkan dunia. Tapi gunakan inovasi sebagai kata kerja; dan tiba-tiba Anda berbicara tentang sebuah proses, bukan produk.
Untuk mengembangkan inovasi (produk) yang lebih baik, maka menjadi kepentingan setiap pemimpin bisnis untuk memelihara proses inovasi. Ini bergantung pada dua bahan utama: kolaborasi dan kreativitas. Untuk berinovasi, bisnis harus memanfaatkan kekuatan individu orang-orang. Tetapi juga perlu ada ruang bagi orang untuk membangun ide satu sama lain; untuk menguji, meregangkan, dan memperkuatnya hingga menjadi sebuah produk atau layanan final dan yang terbaik.
Dengan berinovasi dan memanfaatkan mesin untuk bekerja, maka manusia dapat dibebaskan dari pekerjaan rutin yang memakan waktu dan berpindah untuk berfokus pada apa yang benar-benar kita kuasai; bekerja dengan orang lain dalam proyek yang berpusat di sekitar kreativitas, pemikiran kritis, dan beradaptasi terhadap perubahan. Inilah fondasi atau mindset utama kenapa sebuah bisnis harus berinovasi dan terus mengedepankan inovasi dalam setiap kegiatan bisnisnya.
Dalam hal transformasi digital, masa depan “the future” dikatakan dimiliki oleh mereka yang memiliki kecepatan. Namun sebelum bergerak maju, perusahaan perlu meletakkan fondasi yang tepat untuk sukses. Ini berarti mempertimbangkan dengan cermat budaya, konteks, dan kondisi tempat teknologi digunakan di tempat kerja; bukan hanya spesifikasi teknisnya. Sederhananya, perlu ada hubungan yang kuat antara teknologi dan hasil bisnis.
Dengan menjaga orang, kinerja dan tujuan di dalam benak kita, budaya digital dapat menjadi katalis utama untuk mendorong bisnis untuk maju ke masa depan yang mengutamakan teknologi berbasi cloud.
Menurut saya, budaya adalah sebuah sistem yang kompleks dan terdiri dari pola pikir individu – pola pikir orang-orang di depan saya. Budaya adalah bagaimana organisasi berpikir dan bertindak, tetapi setiap individu di dalamnya lah yang dapat membentuknya.